Translate

Minggu, 15 Februari 2015

Gitar Ibanez ART200FM TK

Menyambung artikel saya bulan lalu tentang gitar dengan pickup hexaphonic, maka artikel kali ini masih menyangkut tentang gitar yang akan saya pilih untuk diinstall Roland GK-3.

Sebelumnya, saya telah memasang Roland GK-3 pada gitar Yamaha Pacifica 510V. Namun hasilnya kurang memuaskan, pickup tersebut sering terangkat (goyang) mungkin karena cara saya memasangnya salah. Belum lagi jarak antara pickup terlalu dekat dengan bridge menyebabkan ruang untuk pemasangan pickup GK-3 tidak ideal (lebar pickup GK-3 hampir sembilan milimeter, jadi paling tidak harus ada jarak bersih minimum 9 mm atau lebih antara bridge dengan pickup treble supaya pemasangan pickup GK-3 ini bisa lebih mudah dan leluasa).

Jarak pickup ke bridge yang terlalu dekat akan menyulitkan pemasangan Roland GK-3
Untuk memilih gitar yang rencananya akan saya pasang Roland GK-3, saya melakukan research toko online yang menjual gitar dengan model atau type Les Paul atau sejenisnya termasuk model SG, dan membandingkan pilihan merek yang tersedia. Beberapa merek yang sempat menarik perhatian saya antara lain Ibanez (mungkin merek ini yang paling banyak dijual di tanah air), Cort, Epiphone, ESP LTD, PRS, Gretsch, Rick Hanes, dll.

Dalam memilih gitar tersebut saya memiliki beberapa kriteria atau preferensi yang menentukan seperti:
  1. Harga harus ekonomis. Bagi saya harga di atas 10 juta rupiah sudah termasuk mewah, namun untuk proyek kali ini saya berusaha menetapkan dikisaran tiga sampai lima juta rupiah. Karena tujuan utama gitar ini untuk mendrive pickup GK-3, maka merek seperti Gibson atau model kelas atas tidak perlu (sebenarnya sih kalau dana mencukupi, kepingin juga gitar-gitar seperti yang ada di www.hiendguitar.com).
  2. Posisi antara bridge dengan pickup treble harus cukup lapang serta menggunakan bridge tune-o-matic atau yang sejenis karena Roland sudah menyediakan aksesori khusus pemasangan pickup GK-3 ke jenis bridge ini.
  3. Konstruksi sambungan leher dengan bodi glued-in/set-neck, yang bersama-sama dengan fixed bridge dianggap memberikan sustain yang lebih panjang/lama (dan juga supaya koleksi gitar saya bervariasi dan tidak melulu hanya menggunakan konstruksi bolt-on).
  4. Scale length (panjang dawai diukur dari nut sampai bridge saddle) Les Paul yang 24.75" berbeda dengan scale length model stratocaster dan gitar pada umumnya yang 25.5". Secara teoritis, gitar model Les Paul dengan panjang skala dawai yang lebih pendek memungkinkan menggunakan ukuran dawai yang lebih besar/tebal. Dawai dengan massa lebih besar bisa bergetar lebih lama atau sustain lebih panjang/lama. Hmm... bagaimana ya kalau pilih Fender Jaguar atau Mustang yang scale lengthnya lebih pendek lagi? Ah, mudah-mudahan ada rezeki bisa membeli lebih banyak gitar lagi.
  5. Memiliki dua kontrol volume terpisah untuk masing-masing pick up. Ini adalah fitur standard model Les Paul. 
Setelah cukup lama membandingkan beberapa pilihan yang ada, mulai dari harga dua jutaan sampai delapan jutaan rupiah maka saya memutuskan untuk memilih
Ibanez ART200FM VLS produksi sekitar akhir tahun 2011 atau awal 2012 yang kini sudah discontinued, seperti terlihat dalam katalog gitar Ibanez Amerika yang dipublikasikan pada tahun 2012 .
Halaman dalam katalog Ibanez menampilkan beberapa gitar seri ART
Gitar ini memiliki warna Violin Sunburst yang sangat menawan. Namun setelah saya cek ke mana-mana, warna VLS ini tidak ada, semua website atau toko yang menjual ART200FM hanya memiliki warna TK atau Transparent Black. Karena gitar Godin Freeway SA yang saya miliki juga berwarna hitam, maka saya ingin menghindari gitar dengan nuansa warna hitam. Kembali pencarian gitar diulangi, seakan-akan gitar yang saya cari adalah gitar ultimate yang super mahal. Berhari-hari bolak-balik membaca review dan melihat demo berbagai model gitar serta membandingkannya dengan Ibanez ART200FM TK akhirnya saya bosan sendiri.
 Ibanez ART200FM TK with Roland GK-3
Banyak gitar lebih bagus dari Ibanez ART200FM TK, namun harganya tidak bersahabat. Beberapa hal (selain harga) yang membuat akhirnya saya kembali memutuskan membeli Ibanez ART200FM walau warnanya TK adalah:
  • Semua kriteria di atas yang saya cari terdapat pada gitar ini
  • Leher dan bodi terbuat dari kayu mahoni (mahogany), saya belum memiliki gitar dengan jenis kayu ini
  • Desain bodi bagian atas yang cembung (archtop) tidak rata, dengan lapisan atas menggunakan kayu maple bercorak flamed memberi kesan gitar yang mahal
  • Leher yang relatif lebih tipis untuk model Les Paul (20-23 mm) cocok untuk bermain cepat
  • Saklar pemilih pickup (selector switch) yang terletak di bagian bawah, berkumpul dengan kontrol volume dan satu potensio tone memberi kesan moderen dan tidak membosankan.
  • Semua hardware termasuk pickup ring terbuat dari logam serta bridge Gibraltar III dan Quik Change III tailpiece yang unik dan eksklusif


Akhirnya dengan sedikit terpaksa karena tidak ada pilihan lain saya memesan Ibanez ART200FM yang berwarna TK, toh warna hitam transparan berbeda dengan warna hitam mutiaranya Godin (mencari pembenaran).

Dengan harga kurang lebih tiga setengah juta rupiah, gitar ini tiba di rumah. Saya duga dan berharap gitar ini buatan Indonesia, ternyata dugaanku meleset, dari label di kepala gitar bagian belakang tertulis made in China. dengan nomor seri: S12012208. Nomor seri ini menunjukkan bahwa gitar produksi Korea, Januari 2012, hmm... !?
Ada hologram dibelakang head gitar dan stiker QC pass pada bodi

Gitar ini cukup mungil dan ringan sepertinya bukan terbuat dari kayu mahoni. Ada stiker QC pass customercare@bahanna.co.id, kelihatannya gitar ini meragukan. Karena senarnya sudah berkarat, sekalian saya ganti dengan senar ukuran 0.10 serta mengebor bodi gitar ini untuk sekrup pick up Roland GK-3. Iya ngeri juga ngebor gitar baru, di bagian depan pula! Hasilnya seperti foto berikut.
Dua volume dan satu tone control.
Gitar Ibanez ART200FM TK ini lebih cocok buat pemula yang baru mau belajar gitar. Selamat berburu gitar, semoga gitar yang Anda cari tersedia di tanah air.

2 komentar:

  1. Mas gitar saya juga gitu made in china dg hologram tapi serial nya dicek korea. Siapa yg salah ? Haha

    BalasHapus